Keluh Kesah AREMANIA

AREMA DAN AREMANIA
by : Addie Manto

Masih lekat ingatanku, tatkala dengan semangat yang tinggi para
punggawa Arema merobek robek jala gawang lawan ketika berlaga di
stadion Gajayana. Dengan gagah dan semangat pantang menyerah, mereka
menyerang dari segala penjuru lapangan. Demi sebuah kata kemenangan
dan bermain bagus untuk Arema.

Tapi dalam waktu ke waktu, semangat ini luntur dan nyaris hilang.
Mereka akan bermain bagus dan meraih kata kemenangan demi mengisi
pundi pundi emas mereka sendiri, tanpa memikirkan kesuksesan sebuah
tim. Mereka akan bermain habis habisan ketika ada bonus yang akan
mereka dapat kalau arema bisa memenangkan sebuah pertandingan. Tapi
ketika janji itu tak terngiang lagi, mereka tidak akan bermain dengan
baik dan tanpa semangat. Mereka yang saya maksud adalah pemain pemain
pimpinan Coach Miroslav Janu. Tidak ada loyalitas sama sekali di hati
pemain arema saat ini. Kalau kita flashback sebentar ke jamannya Aji
Santoso sampai jamannya Wawan Widiantoro. Kita akan merinding ketika
arema berlaga. Para pemain bermain dengan semangat yang tinggi.
Padahal pada waktu itu arema terhitung sangat miskin sekali. Bahkan
gaji bulanan mereka belum tentu dibayar. Tapi mereka tetap bermain
dengan semangatnya.

Menurut saya, ada 3 faktor yang membuat para pemain mempunyai semangat
bermain yang tinggi, yakni:

1. Unstoppable support dari Aremania
Dukungan Aremania di setiap laga Arema, terbukti menjadi pemicu
semangat tersendri bagi para pemain di arema. Banyak pemain yang di
tim sebelumnya bermain dengan standar standar saja, tapi ketika
bermain di arema bisa menjadi singa yang bisa menerkam setiap
lawannya, seperti Ahmad Junaidi

2. Arema adalah tim yang miskin

Maksudnya, karena Arema adalah tim yang miskin dan terkadang tak mampu
membayar gaji pemain ( jaman Sam Ikul), satu satunya cara pemain agar
bisa mendapatkan kehidupan yang layak adalah dengan bermain yang bagus
di arema, dengan harapan ada tim besar yang meliriknya dan mendapat
gaji yang besar. ( seperti sam Aji Santoso). Bukannya tidak mempunyai
loyalitas, tapi apakah salah, kalau orang mau memperbaiki
kehidupannya? Seperti Aji Santoso, dia kalau mau latihan sepakbola
saja harus berjejal di dalam kereta api ekonomi dari Kepanjen. Demi
cintanya kepada sepakbola yang akhirnya dari sepakbola itu dia
hidup("hidup untuk sepakbola dan sepakbola untuk hidup"). Jadi dapat
disimpulkan bahwa pemain arema dulu, menjadikan Arema sebagai batu
loncatan saja.

3. Manajer yang dekat dengan pemain

Dari jamanya Sam Ikul, sosok Iwan Budianto adalah sosok yang saya
pikir menjadi sosok paling berpengaruh di tubuh Arema. Sosok manajer
yang dekat dengan pemain. Pemain Arema seakan selalu lekat dengan Sam
Iwan. Di Persik sekarang saja, Sam Nawi membuktikan bahwa pemainnya
bisa bertahan di timnya, walaupun pelatihnya berganti ganti. Sangat
kontras dengan kondisi Arema yang selalu merombak tim ketika tim
berganti pelatih. Jadi kesimpulan saya, walaupun pelatih berganti,
asalkan manajernya berkompeten dan dekat dengan pemainnya, maka tidak
akan terjadi perpindahan masal di tubuh Arema (seperti kasus
perpindahan pelatih Bendol ke Persita)

Pemain pemain Arema sekarang tidak ada yang mempunyai loyalitas
terhadap Arema. Mereka bermain untuk kehidupan mereka / menghidupi
dirinya sendiri. Tapi mereka harus sadar dong, banyak faktor yang
mempengaruhi kehidupan di kota malang, tatkala arema berlaga di kota
Malang.

Aremania dan Aremanita adalah salah satu faktornya. Tak jarang aku
lihat , sehari sebelum arema berlaga di kota malang, akan ada
perubahan ( tidak begitu signifikan sih..) di kehidupan kota Malang.
Di perempatan perempatan jalan, di gang gang sempit , di lorong
perkampungan dan di depan toko toko, akan banyak para pengamen. Memang
wajar sih, pengamen di sekitar sekitar situ, tapi yang tidak wajar
adalah kuantitas dari para pengamen tersebut. Sehari sebelum arema
berlaga, pengamen akan semakin bertambah di kota malang ini. Di tempat
saya saja ( di daerah Bareng tenes ) dari yang biasanya 3-5 pengamen
tiap hari, bisa menjadi 7- 10 pengamen.
Dan yang mencengangkan, ketika saya bertanya kepada salah satu
pengamen yang berusia sekitar 15 tahun perihal bertambah banyaknya
pengamen yang beredar, kata dia " di gawe ndelok Arema mas... timbang
nyolong mendingan ngamen..". Saya begitu terkejut mendengar seloroh
anak seusia itu. Begitu terpatrinya jiwa Aremania di hati mereka. Tapi
di sisi lain, saya juga agak prihatin dengan situasi tersebut.
Bagaimana tidak, jika mereka (para pengamen) sudah menghalalkan segala
cara asal bisa melihat tim kebanggaanya berlaga, ini akan semakin
meningkatkan angka kriminalitas di kota tercinta ini. Dan hal tersebut
yang tidak diingainkan terjadi kan??

Di pihak Arema sendiri, dengan melihat semangat juang Aremania dan
Aremanita dalam mendukung Arema, seyogyanya menjadi pemicu tersendiri
dalam melakoni pertandingan melawan siapapun. Bukan hanya bermain
untuk uang saja, tapi juga bermain untuk orang yang mendukung tim
(Aremania dan Aremanita)

SARAN-SARAN UNTUK AREMA

1. Aremania selalu ada untuk Arema

Di setiap laga Arema selalu ada suara-suara dari Aremania dan
Aremanita di dalam mendukung Arema. Hal ini jelas membuktikan bahwa
Aremania tidak menginginkan apapun (material) dari Arema, kecuali
prestasi dari Arema. Dengan tanpa pamrih seperti itu, Arema sudah
selayaknyalah mendengar semua aspirasi Aremania. Saya agak kecewa
dengan reaksi Mijan ketika di berondong pertanyaan mengenai merosotnya
prestasi Arema dengan beberapa solusi yang dikemukakan oleh wartawan,
dan dengan nada tinggi Mijan menjawab "Saya atau anda pelatiah
Arema??!!". Dengan kata lain, Mijan memakai cara sendiri dalam melatih
arema, tanpa pernah mendengar aspirasi Aremania. Kalau emang dengan
caranya sendiri, Arema sekarang bisa memuncaki pimpinana kelasmen sih
gak papa, tapi sekarang arema di peringkat berapa???. Tanpa mengurangi
rasa hormat saya pada Miroslave Janu, sebaiknya Mijan benar benar
mendengar aspirasi Aremania. Karena dengan keras kepala dan gengsi
sebagai pelatih kelas dunia, tak akan bisa mewujudkan cita2 Aremania
agar Arema menjadi juara liga indonesia.

2. Perbanyak pemain lokal

Arema dapat dikatakan sebagai klub kaya di ajang liga Indonesia tahun
ini. Tapi kenapa prestasinya malah merosot?? Seperti yang sudah saya
jelaskan di atas, pemain pemain arema merupakan "profit oriented
player" saja. Pemain yang bermain sepakbola hanya untuk uang. Kalau
bercermin pada Sam Aji, pemain ini bermain mati-matian di Arema karena
loyalitasnya sebagai pemain asli Malang dan juga agar bisa diambil
oleh tim besar dengan gaji yang besar juga.
Inilah yang hilang di tubuh Arema. PEMAIN LOKAL!! Kita bisa melihat
kesuksesan Persib yang anti pemain asing, dan juga dalam tubuh Persema
saat ini. Kandut ( pelatih Persema) sukses meracik pemain pemain lokal
menjadi tim yang sangat solid dan dengan semangat yang tinggi. Ini
jelas membuktikan bahwa pemain lokal (pemain malang) tak kalah
bagusnya dengan pemain timnas maupun pemain asing.

Satu satunya pemain asli malang yang bermain dengan Arema saat ini dan
masuk skuad inti adalah Arif Suyono. Kita bisa lihat semangatnya Arif
ketika dia menggocek bola maupun bertahan. Dan grafik permainanya pun
beranjak meningkat. Inilah yang kurang di dalam kepengurusan maupun
kepelatihan di Arema, yakni enpowerment atau pemberdayaan pemain
pemain lokal malang. Kalau pelatih punya semangat untuk memajukan
persepakbolaan daerah, pelatih akan memberikan kepercayaan kepada
pemain daerah untuk bermain, seperti Arif Suyono ini.
Tidak sedikit pemain Malang yang pernah bergabung di timnas sejak
dulu. Nah , kalau Arema berani mengambil pemain pemain lokal sekelas
Aji Santoso, Pitono, Kamri, Tutug Widodo, ataupun Hermawan, tak ayal
lagi permainan Arema akan lebih hidup lagi. Disamping pemain lebih
loyal dan bersemangat tinggi, arema juga telah membantu perekonomian
orang ornag malang (pemain pemain lokal).

3. Antisipasi bergantinya pelatih

Terlihat jelas bahwa tidak adanya loyalitas di hati para pemain Arema.
Ini terlihat sewaktu Beni Dollo pindah ke Persita. Kurang lebih 5
pemain ikut pindah ke Persita, dan 4 pemain pindah ke Persik Kediri.
Kesembilan pemain ini merupakan pemain inti di Arema sewaktu Arema
menjuarai copa Indonesia. Ini terjadi karena pemain Arema tidak cocok
dengan pelatih yang baru .

Mungkin Arema harus punya manajer sekelas Iwan Budianto yang sangat
lihai dalam perekrutan maupun pendekatan pemain agar pemain tidak
pindah dari klub. Menurut saya, kalau Arema punya manajer sekelas Iwan
Budianto, tidak akan ada eksodus besar besaran di tubuh Arema. Kalau
kata sosro " apapun pelatihnya, pemainnya pasti tetap"

Solusi lainya adalah dengan keberanian Darjoto ( bos dari Arema )
untuk mengkontrak pelatih dalam jangka waktu yang cukup lama. Karena
misalkan tahun ini Mijan pindah ke klub lain, sederet pemain bisa saya
pastikan akan pindah juga ( seperti Ponaryo, Ortisan salosa maupun
Hengki obba). Hal ini jelas merugikan arema. Segi positif dari kontrak
pelatih dalam jangka waktu lama yaitu, pemain bisa bertahan di klub
tatkala pelatihnya masih itu-itu aja. Jadi tim bisa solid sampai
kapanpun( seperti Alex Fergusen di M U ).

Tapi segi negatifnya, kalau pelatih sudah tidak betah di klub, pelatih
akan melatih seadanya dan dengan seenaknya agar bisa keluar dari klub.
Ini bisa merugikan klub yang harus membayar pelatih sesuai kontrak.
Seperti Maurinho di Chelsea.

Dengan dua solusi tersebut, dimaksudkan agar pemain yang sudah
dibentuk tidak amburadul ketika pelatih pindah ( seperti keadaan sekarang)

4. Beri yang terbaik untuk Aremania

Aremania lahir, ada dan hidup untuk Arema. Oleh karena itu Arema harus
bangkit dari keterpurukan. Aremania juga harus sabar dengan kondisi
Arema sekarang ini. Kalau kita agak flashback sedikit, ketika Arema
merekrut Beni Dollo sebagai pelatih, Beni Dollo sendiri sebenarnya
juga masih menyusun kekuatan waktu itu, bedanya pada waktu itu arema
masih melawan tim tim dari divisi satu, dan sudah pasti dengan
komposis pemain yang setingkat lebih atas, Beni Dollo mampu mengankat
Arema ke divisi utama. Sedangkan Arema sekarang juga sedang menyususn
kekuatan, tapi tim yang harus dihadapi adalah tim tim nomor satu di
Iindonesia. Menurut saya, apa yang dilakukan Mijan sudah jauh dari
kata buruk. Dan saya lihat Arema sudah menunjukkan grafik permainan
yang meningkat. Jadi kalau Arema tidak menyabet gelar sama sekali
dalam tahun ini, Aremania harus berlapang dada dan bersabar karena
saya yakin di tahun mendatang jika Arema masih dengan pelatih Mijan,
akan menjadi kekuatan yang hebat. Sama halnya dengan di tahun kedua
kepemimpinan Beni Dollo di arema yang mampu memberi gelar juara Copa
Indonesia bagi Arema. Jadi inilah resiko yang harus dipikul Arema
karena memiliki pemain "bawaan" pelatih.

Yang terakhir, saya sebagai Aremania, hanya bisa berharap kepada Arema
agar bisa mencapai cita cita Aremania dan Aremanita yaitu menjuarai
liga Indonesia. Segala peluh, keringat dan suara serak akan kami
berikan untuk kemenangan Arema di setiap laga di seluruh pelosok
negeri ini. Kami tidak dibayar, kami masuk stadion dengan tidak
gratis, kami mendukung dengan tulus....untuk kemenangan dan kemajuan
tim kebanggaan kota Malang... AREMA....

Penulis : addie_manto


0 komentar to "Keluh Kesah AREMANIA"

Posting Komentar

FOLLOWER

Sample Text

MENUNGGU KESUKSESAN ADALAH TINDAKAN BODOH YANG SIA - SIA

INFO Bermanfaat

--------AREMANIA UNEJ----------

--------AREMANIA UNEJ----------

Entri Populer

Translate

Blog Archive

Web hosting for webmasters